Pertama kali mendengar nama
Jayapura, pasti muncul di benak anda sebuah kota kecil di ujung timur
perbatasan Indonesia yang masih minim prasarana, belum tersentuh pembangunan,
dan terpencil.
Pada kenyataannya, Jayapura termasuk
Kota Besar. Dan termasuk Kota nomor dua di Indonesia dengan biaya hidup paling
mahal.
Satu lagi yg mencengangkan adalah
ketika malam minggu tiba, Jayapura berubah menjadi lautan kendaraan baik roda
dua, roda empat maupun pejalan kaki.
Ya… memang kemacetan yang terjadi di
Jayapura belum bisa menandingi Jakarta, tapi bagi masyarakat Jayapura ini sudah
menjadi sebuah hal yang aneh, karena biasanya tidak seperti ini.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kemacetan di Jayapura. Pertama pertumbuhan pengguna kendaraan pribadi yang
melonjak tajam 5 tahun terakhir, kedua banyaknya pembangunan hotel baru yang
tidak memiliki lahan parkir yang memadai, ketiga ketidak seriusan pemerintah
daerah dalam menangani parkir liar.
Dua point terakhir menjadi hal yg
setidaknya bisa diminimalkan efeknya karena saya melihat meskipun hotel-hotel
tersebut dibangun tanpa lahan parkir yg memadai, namun pemerintah daerah tetap
memberikan izin kepada mereka.
Bukannya membatasi pemberian izin
terhadap hotel-hotel baru yang akan dibangun, justru bahu jalan yang menjadi
sasaran akibat dari overload pengunjung tamu hotel yang berlebihan.
Beberapa contohnya adalah Hotel
Matoa yang menggunakan jalan A. Yani sehingga membuat jalan yang awalnya 3
lajur menjadi 2 lajur saja.
Pertama kali mendengar
nama Jayapura, pasti muncul di benak anda sebuah kota kecil di ujung
timur perbatasan Indonesia yang masih minim prasarana, belum tersentuh
pembangunan, dan terpencil.
Pada kenyataannya, Jayapura termasuk Kota Besar. Dan termasuk Kota nomor
dua di Indonesia dengan biaya hidup paling mahal.
Satu lagi yg mencengangkan adalah ketika malam minggu tiba, Jayapura
berubah menjadi lautan kendaraan baik roda dua, roda empat maupun
pejalan kaki.
Ya… memang kemacetan yang terjadi di Jayapura belum bisa menandingi
Jakarta, tapi bagi masyarakat Jayapura ini sudah menjadi sebuah hal yang
aneh, karena biasanya tidak seperti ini.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kemacetan di Jayapura. Pertama
pertumbuhan pengguna kendaraan pribadi yang melonjak tajam 5 tahun
terakhir, kedua banyaknya pembangunan hotel baru yang tidak memiliki
lahan parkir yang memadai, ketiga ketidak seriusan pemerintah daerah
dalam menangani parkir liar.
Dua point terakhir menjadi hal yg setidaknya bisa diminimalkan efeknya
karena saya melihat meskipun hotel-hotel tersebut dibangun tanpa lahan
parkir yg memadai, namun pemerintah daerah tetap memberikan izin kepada
mereka.
Bukannya membatasi pemberian izin terhadap hotel-hotel baru yang akan
dibangun, justru bahu jalan yang menjadi sasaran akibat dari overload
pengunjung tamu hotel yang berlebihan.
Beberapa contohnya adalah Hotel Matoa yang menggunakan jalan A. Yani
sehingga membuat jalan yang awalnya 3 lajur menjadi 2 lajur saja.
Hotel Aston menggunakan jalan Percetakan sehingga jalan yang seharusnya 2
lajur menjadi 1 lajur dan menimbulkan kemacetan cukup panjang.
Kami harap Pemerintah Kota Jayapura berbenah agar kelak tidak ada lagi
jalan yang digunakan sebagai tempat parkir.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/armordecosmos/penyebab-kemacetan-di-jayapura_56d3f43390fdfdc50eac7bbc
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/armordecosmos/penyebab-kemacetan-di-jayapura_56d3f43390fdfdc50eac7bbc
0 comments:
Post a Comment