Friday, January 30, 2015

Penembakan Yang Dilakukan OPM menghambat Pembangunan


Papua Satu. Kamis (29/1) aksi brutal Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali terjadi di kampung Popome, Distrik Balingga, Kabupaten Lanny Jaya.

Kali ini korbannya adalah 2 masyarakat sipil yaitu Gurik Murib (25) yang terkena luka tembak di lengan kanan dan Markus (26) menderita luka di kepala akibat serpihan peluru. Tidak hanya itu, OPM juga membakar satu unit eskavator milik PT Nirwana yang sedang melaksanakan proyek pembangunan di kampung teresebut.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Patrige mengatakan penembakan terjadi sekira pukul 06.00 WIT. Peristiwa itu terjadi saat karyawan PT Nirwana hendak berangkat kerja ke Kampung Popome, Kabupaten Lanny Jaya.

Keduanya langsung dievakuasi ke RS Wamena. Sementara tim gabungan TNI dan Polri terus memburu pelaku. Hingga berita ini diturunkan, Lanny Jaya sudah kondusif.

"Kelompok bersenjata itu secara membabi buta melakukan penyerangan terhadap camp PT Nirwana yang sedang mengerjakan proyek pembangunan jalan dan jembatan, akibatnya dua karyawan terkena tembakan," katanya

Sebelumnya diberitakan juga bahwa Bupati Kabupaten Lanny Jaya, Befa Yigibalom, mendesak aparat TNI-Polri untuk segera memulihkan keamanan dan ketertiban masyarakat menyusul meningkatnya gangguan dari kelompok kriminal bersenjata di Kabupaten Lanny Jaya.

Dia khawatir jika keadaan tersebut berlanjut akan menghambat misi pembangunan jangka pendek dan jangka panjang Pemerintah Kabupaten Lanny Jaya.

“Aparat TNI-Polri tak usah takut HAM. Ini masalah kemanusiaan. Mana yang lebih penting, masa depan atau semua orang Papua mati karena miskin, bodoh, dan karena penyakit? Apakah dengan menembak aparat akan langsung merdeka?” kata Befa.

Penembakan Terus Berulang, Pembangunan Lanny Jaya Bisa Terhambat


Papua Satu. Bupati Kabupaten Lanny Jaya, Befa Yigibalom, mendesak aparat TNI-Polri untuk segera memulihkan keamanan dan ketertiban masyarakat menyusul meningkatnya gangguan dari kelompok kriminal bersenjata di Kabupaten Lanny Jaya.

Dia khawatir jika keadaan tersebut berlanjut akan menghambat misi pembangunan jangka pendek dan jangka panjang Pemerintah Kabupaten Lanny Jaya.

“Aparat TNI-Polri tak usah takut HAM. Ini masalah kemanusiaan. Mana yang lebih penting, masa depan atau semua orang Papua mati karena miskin, bodoh, dan karena penyakit? Apakah dengan menembak aparat akan langsung merdeka?” kata Befa yang ditemui di Jayapura.

Saat ini, pemerintah dan warga Lanny Jaya sedang giat-giatnya membangun, tetapi terganggu oleh aksi dari kelompok kriminal bersenjata. Menurut Befa, warga marah karena aksi kelompok bersenjata itu biadab dan tidak mencerminkan adat orang Lanny Jaya, terlebih karena dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari luar Lanny Jaya.

“Orang-orang itu berasal dari Puncak Jaya yang difasilitasi oleh seorang warga Distrik Pirime, Enden Wanimbo. Tindakan mereka tidak mencerminkan adat warga Lanny Jaya. Orang yang sudah mati, tak boleh diserang lagi,” ungkapnya.

Menurut Befa, Enden Wanimbo berstatus pegawai negeri sipil sebagai guru di salah satu sekolah di Pirime. Namun, dia mengaku pemerintah kabupaten tak bisa berbuat banyak karena khawatir jika ditindak maka kelompoknya akan membuat keonaran.

“Saya menduga banyak warga yang ikut-ikutan dengan kelompok ini karena anggota kelompok ini hidup membaur dengan masyarakat. Mereka berpropaganda ketika merdeka akan ada kehidupan baru,” tutur Befa.

Senada dengan Befa, ditempat berbeda Ketua DPR Papua, Deerd Tabuni juga menyampaikan kecaman terhadap aksi penyerangan oleh kelompok kriminal bersenjata yang menewaskan 2 anggota Polisi, Senin lalu.

Putra asli asal Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, ini mengaku sejak beberapa tahun terakhir tidak ada lagi pergerakan warga menuntut kemerdekaan di wilayah mereka.

“Di Lanny Jaya, daerah kami yang menjadi pusat gerakan melawan aparat, tapi sejak beberapa tahun terakhir sudah tenang. Saya yakin pelakunya bukan warga Lanny Jaya,” ungkap Deerd.

Deerd mengaku setuju dengan rencana pengejaran aparat kepolisian dibantu TNI terhadap kelompok kriminal bersenjata tersebut. Menurut dia kelompok tersebut sudah meresahkan warga dan mengganggu aktivitas pembangunan di wilayah Lanny Jaya.

“Sebelumnya harus diadakan pertemuan antara aparat keamanan, pemerintah daerah, dengan pejabat distrik dan kampung. Dari situ akan diperoleh informasi keterlibatan warga yang memfasilitasi keberadaan kelompok ini. Mereka juga harus ditangkap,” tegas Deerd. [kompas.com]

OPM Tembak Karyawan PT Nirwana di Lanny Jaya


Papua Satu. Kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) menembaki karyawan PT Nirwana di Jayapura, Kamis (29/1/2015). Mereka juga membakar satu unit alat berat ekskavator.

Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Patrige mengatakan penembakan terjadi sekira pukul 06.00 WIT. Peristiwa itu terhadi saat karyawan PT Nirwana hendak berangkat kerja ke Kampung Popome, Kabupaten Lanny Jaya.

Dua karyawan terluka. Gurik Murip terkena peluru di lengan kanan dan Markus  terkena serpihan peluru di kepala.

Keduanya langsung dievakuasi ke RS Wamena. Sementara tim gabungan TNI dan Polri terus memburu pelaku. Hingga berita ini diturunkan, Lanny Jaya sudah kondusif.

"Kelompok bersenjata itu secara membabibuta melakukan penyerangan terhadap camp PT Nirwana yang sedang mengerjakan proyek pembangunan jalan dan jembatan, akibatnya dua karyawan terkena tembakan," katanya. [Metrotvnews.com]

Thursday, January 29, 2015

Tim Gabungan TNI-Polri Berhasil Tangkap 3 Anggota KNPB di Jayapura


Papua Satu. Tim Gabungan TNI-Polri mengamankan 3 orang yang diduga jaringan kelompok kriminal bersenjata saat hendak melakukan transaksi jual beli amunisi di sejumlah tempat di Kota Jayapura, Rabu (28/1/2015).

Dalam penangkapan tersebut, tim gabungan TNI-Polri mengamankan barang bukti 500 butir amunisi kaliber 5,56 milimeter, uang tunai senilai Rp 1.353.000 dan beberapa barang lainnya.

Dari pantauan di Mapolda Papua, tiga orang yang tertangkap dalam penggerebekan tersebut antara lain AJ (29), FK (20) dan RW (27) digiring aparat bersenjata lengkap dengan pengawalan Provos TNI AD, ke gedung Direskrim Umum Polda Papua.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua Kombes Pol Patrige Renwarin mengatakan, penggerebekan 3 anggota Komite Nasional Papua Barat (KNPB) militan saat transaksi jual beli amunisi di PTC Entrop, Entrop, Distrik Jayapura Selatan dari pengembangan tertangkapnya 3 orang pengikut Purom Wenda di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Sabtu (24/1/2015).

“Penangkapan ini dari pengembangan kasus 3 anggota Purom Wenda yang tertangkap di Wamena. Saat ini ketiga anggota KNPB militan masih diperiksa tim Direktoran Reskrim Polda Papua,” jelas Patrige saat ditemui di Mapolda Papua, Rabu (28/1/2015).

Umpan 

Menurut sumber Kompas.com, penggerebekan transaksi amunisi di PTC Entrop dilakukan sekitar pukul 11.45 WIT ketika tim gabungan TNI-Polri mengamankan 3 anggota KNPB militan dengan seorang oknum anggota TNI AD, Serma S sedang melakukan transaksi amunisi dalam sebuah mobil. Ketiga tersangka langsung diamankan ke Mapolda Papua untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sementara Serma S diamankan ke Mapomdam XVII Cenderawasih.

Terkait keterlibatan oknum anggota TNI dibantah Patrige. Menurut Patrige, dalam penangkapan tersebut, hanya 3 orang yang ditangkap dan tidak ada barang bukti yang diamankan.

Panglima Kodam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Fransen Siahaan yang dihubungi wartawan melalui telepon selulernya mengatakan, Serma S yang diamankan dalam penggerebekan siang tadi hanya sebagai umpan karena yang bersangkutan mengenal orang yang diamankan tersebut.

“Jadi Serma S hanya sebagai umpan karena yang bersangkutan mengenal ketiga orang yang ditahan berdasarkan pengembangan pemeriksaan tiga orang anggota kelompok bersenjata di Wamena. Tidak ada transaksi amunisi dalam penggerebekan tersebut,” jelas Panglima Kodam XVII Cenderawasih. [kompas.com]

Wednesday, January 28, 2015

Simpan 1.000 Amunisi, 3 Warga Sipil di Jayapura Diamankan


Papua Satu. Tim gabungan TNI-Polri menangkap 3 warga sipil atas nama RW, AJ dan FK yang diduga menyimpan amunisi sekitar 1.000 di rumahnya. Ketiganya ditangkap di pusat perbelanjaan Papua Trade Center (PTC) di Entrop, Kota Jayapura sekitar pukul 11.30 WIT.

Dalam penangkapan tersebut, tim gabungan mendapatkan 500 amunisi. Kemudian tim gabungan mengembangkan penemuan amunisi ini ke rumah AJ di Expo, Wena dan didapat kembali 500 butir
amunisi.

Juru bicara Polda Papua Kombes Pol Rudolf Patrige belum dapat memberikan keterangan, terkait penangkapan ketiga warga sipil tersebut.

"Ini baru ditangkap. Mereka baru diperiksa. Pasti kami akan memberikan keterangan resmi setelah ada hasil dari pemeriksaan itu," ucap Patrige, Jayapura, Papua, Rabu (28/1/2015).

Salah satu tim penyidik di Polda Papua yang enggan disebutkan namanya, menyebutkan 3 waga sipil itu diduga sebagai anggota Komite Nasional Papua Barat (KNPB), yang sering menyuarakan Papua Merdeka.

Diduga 1.000 amunisi itu dipesan oleh kelompok kriminal bersenjata pimpinan Puron Wenda, yang biasa melakukan aksinya di kabupaten Lanny Jaya.

"1000-an amunisi dihargai Rp 10 juta. Ini sangat murah dan kami terus masih melakukan pengembangan," ujar Patrige.

Sementara dari pantauan di lapangan, penangkapan ketiganya diwarnai dengan tembakan peringatan dan sempat menyedot perhatian masyarakat di sekitar PTC Kota Jayapura tersebut. [liputan6.com]