Tuesday, December 17, 2013

Berhentinya Langkah Danny Kogoya

Langkah kriminalitas Danny Kogoya terhenti setelah Vanimo General Hospital mengumumkan berita kematiannya pada tanggal 15 desember 2013 pukul 08.15 pagi waktu Papua Nugini. Dia sudah menjadi buron pihak Kepolisian sejak kabur Mei 2013 lalu.


Kepala Biro Penerangan Mayarakat Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, mengatakan tersangka Danny Kogoya dikenakan Pasal 170 KUHP tentang penganiayaan yang menyebabkan kematian, dan Pasal 388 KUHP tentang pembunuhan.


“Itu karena ada unsur menghilangkan nyawa yang dilakukan Danny. Tapi tentu hasil pemeriksaan nantinya akan memperjelas pasal-pasal yang akan ditersangkakan kepada yang bersangkutan. Saat ini pemeriksaan belum selesai,” kata Boy di sela-sela rapat dengan Komisi III DPR di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin 3 September 2012 lalu.

Polisi menangkap Danny karena keterlibatannya dalam aksi penembakan dan pembacokan di Nafri yang menewaskan empat orang sepanjang tahun 2011-2012 lalu. Danny Kogoya tertangkap saat penggrebekan di Hotel Dany, Entrop tahun lalu. Ia tertembak di kaki kanan saat hendak melarikan diri. Hingga kakinya harus diamputasi karena peluru yang ditembahkan mengenai kaki kanan dan memecahkan tulang keringnya.

Saat menunggu vonis setelah tertangkap Danny Kogoya dititipkan dilapas kelas IIA Abebura oleh Pengadilan Negeri (PN) kelas IA dalam surat penitipan tersebut sampai tanggal 10 Mei 2012. Kemudian Danny Kogoya dibebaskan pada tanggal 11 Mei 2012 oleh lapas kelas IIA Abepura padahal masa penahanan perpanjangan surat dikirimkan tanggal 8 Mei 2013 oleh PN kelas IA karena lapas kelas IIA tidak merasa menerima laporan surat perpanjangan penahanan maka pihak lapas mengeluarkan Danny Kogoya kemudian melarikan diri ke Papua Nugini.

”Semestinya perpanjangan penahanan sudah kita berikan tanggal 8 untuk penahanan mulai tanggl 11, karena tanggal 8 sudah diterima oleh LP, maka dia tidak boleh lagi keluar, ternyata informasi yang saya dapatkan kemarin tanggal 11 sudah dikeluarkan dari tahanan, padahal perpanjangan itu sudah di terimah oleh LP. Sehingga hari ini Pak Kajari bilang saya masih berusaha menghadirkan mereka terdakwa,” ujar Kepala Pengadilan Tinggi kelas IA Khairul Fuad, SH, M.Hum yang waktu itu menjabat.

Kemarin Vanimo General Hospital mengumumkan berita kematiannya karena penyakit lever kronis. Penyebab lever tersebut menurut medis adalah karena hepatitis berkepanjangan atau seringnya mengkonsumsi minuman beralkohol. Jenazah Danny Kogoya direncanakan akan dipulangkan ke Jayapura tanggal 16/12/2013.(BI)

Sumber : emirfarrel.blogspot.com

Tuesday, December 10, 2013

Keunikan Kota Jayapura

Jayapura merupakan Ibu Kota Provinsi Papua, sebuah kota yang terletak paling timur Indonesia ini menyimpan beberapa keunikan yang tidak kita jumpai di kota-kota lain di Indonesia. Berikut ini adalah hal-hal unik dan patut anda perhatikan jika berkunjung ke Jayapura.

Tanda Larangan Makan Pinang di Bandara Sentani
1.    Dilarang Makan Pinang
Jika di setiap sudut kota besar kita selalu melihat tulisan atau simbol dilarang merokok, lain halnya di Jayapura. Bukan bermaksud menyebutkan bahwa tan da larangan merokok itu ada tapi ada keunikan tersendiri di Jayapura. Tanda larangan merokok tersebut selalu bersandingan dengan tanda larangan makan pinang. Hal ini dikarenakan kebiasaan masyarakat Jayapura yang sering makan buah pinang yang dicampur dengan batang sirih dan kapur, mereka meyakini akan mendapatkan gigi yang kuat kelak.

2.    Taksi kota
Banyak perantau dari Jawa dan Sulawesi bingung jika dijelaskan tentang angkutan kota yang ada di Kota Jayapura. Bagaimana tidak, angkutan kota yang secara umum disebut “Angkot” di daerah lain tidak sama dengan penyebutan masyarakat Jayapura. Masyarakat setempat menyebutnya dengan “Taksi” yang kenyataannya adalah angkutan kota.

3.    Depan Ada
“Kiri bang” . . . begitu lah umumnya di daerah Jawa untuk menghentikan angkutan umum atau memberitahu supir bahwa kita sudah sampai tujuan. Lain halnya di Jayapura, ungkapan itu tidak berlaku. Masyarakat Kota Jayapura menggunakan kata “Depan” atau “Depan Ada” untuk memberitahu supir bahwa kita telah sampai di tempat tujuan.

4.    Nasi Kuning
Setiap daerah di Indonesia pada umumnya selalu memiliki makanan khas yang sering disebut “wisata kuliner” bagi para pecinta makanan. Di jayapura memiliki keunikan tersendiri yaitu Nasi Kuning. Nasi kuning yang biasa dibuat untuk acara syukuran di daerah lain tapi tidak di Jayapura. Hampir disetiap sudut Kota Jayapura, khususnya pada waktu malam hari menjajakan nasi kuning.

5.    Tanpa Pengamen
Pengamen sudah menjadi pemandangan sehari-hari perempatan, terminal bahkan sampai di rumah ke rumahpun selalu ada pengamen. Tapi di jayapura hal tersebut sama sekali tidak pernah ditemui. Walau sampai saat ini tidak diketahui apa penyebabnya. Itulah yang menjadikannya sesuatu yang unik.

6.    Tanpa Pengemis

Tanpa pengemis mungkin sebutan selanjutnya yang memberikan keunikan tersendiri bagi Kota Jayapura. Suatu hal yang dengan mudah ditemui di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya tapi tidak di Jayapura.

7.    Malam Hongkong Siang Kebun Singkong
Siapa yang belum mengetahui indahnya kota Jayapura? Mungkin sudah banyak yang mengetahui. Apalagi jika kita melihatnaya pada malam hari, gemerlapan lampu-lampu yang menghiasi kota ini membuatnya bagaikan kota Hongkong. Namun jika dilihat pada siang hari nampaklah susunan tata ruang kota yang kurang begitu rapi dimana terdapat banyak sekali pemukiman penduduk di kaki bukit hingga ke puncaknya yang boleh dibilang menyerupai kebun singkong. Belum adanya penertiban yang dilakukan pemerintah Kota Jayapura membuat pertumbuhan pemukiman ini begitu pesat hingga Kota Jayapura menjadi rawan akan bencana longsor dan banjir.

8.    Jam 21.00 Sudah sepi
Pembangunan di Kota Jayapura yang terbilang dapat disejajarkan dengan kota besar lainnya di Indonesia tak membuat masyarakatnya terlalu terpengaruh oleh berkembang biaknya tempat-tempat hiburan malam dan rekreasi belanja yang bermunculan di Jayapura. Kendatipun demikian secara umum kota Jayapura berangsur sepi jika sidah menunjukan pukul 21.00 WIT.

9.    Penunggu Lift

Moderenisasi yang dilakukan para investor lokal maupun asing di Jayapura berkembang seiring kemajuan zaman. Pembangunan Hotel berbintang dan Pusat perbelanjaan berkelas internasional contohnya. Namun bukan Jayapura namanya jika tidak memberikan keunikan tersendiri dibanding kota –kota lainnya. Jika kita mengunjungi pusat perbelanjaan di Jayapura kita akan sedikit terkejut saat memasuki sebuah lift karena ada petugas khusus yang ditugaskan sebagai operator lift tersebut.

10.    Tahun Baru
Pesta kemeriahan tahun baru yang selalu dinantikan setiap tahunnya merupakan keunikan berikutnya. Memang hampir setiap kota memiliki acara dan tradisinya masing-masing. Namun di Jayapura, keunikannya terletak pada kebiasaan masyarakat Jayapura yang hampir dapat dipastikan setiap rumah pasti membeli kembang api dan terkadang sampai menghabiskan uang ratusan juta rupiah. Sampai sampai pada jam pergantian tahun, kota Jayapura diselimuti asap tebal akibat banyaknya orang yang menyalakan kembang api. Datanglah ke Jayapura pada saat tahun baru dan buktikan sendiri keunikan tersebut.

11.    Idul Fitri dan Hari Natal
Kota Jayapura yang kini menjadi tujuan perantauan dan wisata baik dalam maupun luar negeri membuat masyarakatnya saling berinteraksi khusunya dalam hal keyakinan. Di kota ini, toleransi umat beragamanya sangat terlihat dari keseharian penduduknya. Saling mengunjungi antar tetangga, saudara, kerabat dan rekanpun menjadi hal yang biasa. Namun uniknya adalah anak anak Jayapura pada umumnya, mereka berkunjung disetiap rumah yang dilewatinya tanpa harus mengenali sang pemilik rumah tersebut hanya untuk mengucapkan Selamat Idul Fitri atau Selamat Natal.

12.    Libur Papua

Siapa yang tidak suka dengan hari libur? Tentunya semua menyukainya, karena kita dapat memiliki waktu lebih bersama keluarga ataupun teman dekat. Di Jayapura yang merupakan Ibu Kota Provinsi Papua ini terdapat hari libur khusus Papua yaitu hari libur tambahanyang telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Papua untuk menghormati masyarakat Papua yang mayoritas beragama Kristen.

Demikian beberapa keunikan Kota Jayapura yang mungkin saja sulit ditemui di kota lain di Indonesia. Sekarang apakah anda tertarik untuk membuktikannya sendiri? Semoga informasi ini dapat menambah pengetahuan anda khususnya bagi yang pertama kali menginjakkan kakinya di Jayapura.

Wednesday, December 04, 2013

BEM Uncen Tuntut Keadilan HAM di Papua

Orasi BEM Uncen di Mapolda Papua dan Pernyataan Sikap di Kantor Komnas HAM Papua
Jayapura (4/12) – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Cenderawasih (Uncen) menggelar aksi Demo di pertigaan lampu merah Abepura, Mapolda Papua dan Kantor Komnas HAM Papua.

Pada pukul 10.30 WIT 15 orang anggota BEM Uncen membentangkan 4 buah spanduk di pertigaan lampu merah Abepura yang diantaranya bertuliskan “Komnas HAM harus membentuk tim investigasi untuk melihat pelanggaran HAM apapun, tanpa melihat secara fisik
– Kami turut beduka cita atas meninggalnya Bapak Syamsul Ma’arif sebagai korban dalam aksi Demo pada tanggal 26 Nopember 2013”.

Disela-sela orasinya. Paulinus Ohee (Menteri Politik, Hukum dan HAM BEM Uncen) mengatakan “HAM adalah milik setiap manusia, dan tidak dapat diganggu oleh manusia lainnya, jangan ada pembohongan dan penipuan terhadap publik dengan dalih HAM.

Kemudian pada pukul 11.00 WIT para demonstran bergerak menuju Mapolda Papua dengan menggunakan kendaraan Roda 4 dan diterima oleh Kombes Pol Drs. Bonifasius Tampoi (Karo Ops Polda Papua) serta AKBP Sulistyo Pudjo (Kabid Humas Polda Papua). Para demonstran menuntut agar pihak Kepolisian segera membubarkan organisasi KNPB dan segera menangkap Buchtar Tabuni dan Rocky Medlama yang merupakan aktor kekerasan KNPB selama ini.

Usai melakukan orasi di depan Mapolda Papua, para demonstran melanjutkan perjalanan mereka ke Kantor Komnas HAM Papua dan melakukan pertemuan di ruang rapat Kantor Komnas HAM Papua dengan Frits Ramandey (Plt. Kepala Perwakilan Komnas HAM Papua). Dalam rapat tersebut Paulinus Ohee menyampaikan bahwa nilai-nilai kemanusiaan yang tercakup dalam HAM nampaknya belum dilaksanakan secara adil dan merata, baik aparat keamanan maupun warga sipil mereka masing-masing memiliki HAM, begitupun dengan orang asli Papua dan pendatang yang ada di Tanah Papua semuanya juga memiliki hak yang sama.

Dalam perjalanannya kembali ke tempat masing-masing para demonstran menyempatkan diri untuk mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga Alm. Syamsul Ma’arif di kediamannya jl. Karang IV samping kantor Lurah Waena Distrik Heram. (PS)­­

Masih Adakah Nasionalisme di Papua

Seorang Anak Papua Yang Membawa Bendera Merah Putih
Isu tentang kemerdekaan Papua yang santer akhir-akhir ini sering dimanfaatkan beberapa kelompok separatis untuk menunjukkan eksistensinya di tanah Papua. Hal tersebut juga tidak luput dari peranan negara asing yang diam-diam menelusup masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan terutama dalam bidang politik.


Siapa sebenarnya mereka yang menyatakan dirinya adalah pahlawan dari tanah Papua, yang berjuang untuk memperjuangkan keadilan di tanahnya. Theis H. Eluay, Benny Wenda, Timotius Murib, dan lain-lain.

Apa yang sebenarnya mereka perjuangkan? Benarkah di Papua itu ada penjajahan seperti penjajahan Belanda terhadap Indonesia? Jika memang demikian mengapa tidak nampak dalam keseharian masyarkat Papua yang normal-normal saja dan sama seperti di Sulawesi, Jawa serta daerah lain di Indonesia.

Papua merupakan wilayah Indonesia yang diserahkan Belanda secara resmi pada 1 Mei 1963 berdasarkan Resolusi No.2504 pada 19 November 1969 bahwa masyarakat Papua (sebelumnya bernama Irian Barat) memilih kembali ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena sebelumnya Belanda selalu mencari cara untuk tidak menyerahkan Papua ke Pemerintah Indonesia begitu saja sejak 1945.

Hal tersebut tidak lepas dari rasa Nasionalisme masyarakat asli Papua sendiri pada waktu itu, yang ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi politik daerah antara lain: Partai Indonesia Merdeka (PIM) di Biak dan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII) di Serui.

Namun rasa nasionalisme tersebut diracuni oleh Belanda dengan dekolonisasi terhadap Papua yang ditandai dengan dibentuknya Komite Nasional Papua pada Oktober 1961 dan Proklamasi Kemerdekaan Papua 1 Desember 1961. Dan hal tersebut justru diperingati oleh sekelompok kecil separatis di Papua, meski tidak ada satu negara pun di dunia yang mengakui proklamasi Papua itu.

Dampak yang dirasakan oleh Indonesia akibat dekolonisasi Belanda tersebut masih dirasakan Indonesia sampai saat ini dengan adanya seruan-seruan kemerdekaan yang ditanamkan Belanda saat menjajah Indonesia. Karena sampai saat ini juga masih ada upaya-upaya pemisahan Papua dari NKRI yang datang dari luar.