Tuesday, December 09, 2014

Oknum yang Tidak Bertanggung Jawab Menyebabkan Paniai Berdarah

Paniai – Peristiwa berdarah yang terjadi di Enarotali Distrik Pantim, Kabupaten Paniai dipicu oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang menyebabkan aparat keamanan terluka dan empat masyarakat sipil meninggal dunia. Peristiwa tersebut terjadi pada 8 Desember 2014.

Kejadian tersebut berawal dari adanya sekelompok masyarakat di gunung merah (Madi) yang sedang melaksanakan pembuatan pohon natal, menegor pengendara motor yang berboncengan saat melintas kencang tanpa menghidupkan lampu motor, kemudian pengendara motor (OTK) tersebut balik arah menuju sekelompok orang yang sedang membuat pohon natal lalu terjadi pertengkaran, selanjutnya kedua OTK tersebut pergi menuju arah Madi. Kejadian ini berlangsung pada 7 Desember 2014 pukul 20.30 WIT.

Selanjutnya pada pukul 21.30 WIT, kedua OTK tersebut kembali bersama rekan-rekannya menggunakan mobil, sesampainya dilokasi OTK tersebut membuang tembakan 3 kali ke atas, kemudian melakukan pemukulan terhadap masyarakat yang sedang membuat pohon natal. Pada pukul 04.00 WIT terjadi pembakaran kantor KPU oleh masyarakat.

Keesokan harinya pada 8 Desember 2014 pukul 07.30 WIT, kurang lebih 250 orang dari masyarakat Paniai melakukan pemalangan di jalan tepatnya di depan Pondok Natal Kampung Tanah Merah pasca kejadian pemukulan terhadap masyarakat pada 7 Desember malam.

Kemudian pada pukul 08.30 WIT rombongan satgas yang dipimpin Lettu Imanuel Bangun yang sedang melintas menuju tempat rapat dikepung oleh masyarakat yang melakukan pemalangan kemudian menyerang dengan beringas dan mendapat tembakan dari arah ketinggian dan Lettu Imanuel Bangun melaksanakan pengunduran karena masyarakat benyak dan yang bersangkutan terkena lemparan batu di kepala yang dilakukan oleh masyarakat. Untuk kendaraan yang digunakan (Toyota Rush) dirusak oleh masyarakat dan senjata milik Lettu Imanuel Bangun dirampas masyarakat yang memalang jalan. Namun akhirnya senjata berhasil diamankan.

Massa semakin beringas dan melanjutkan pergerakan dari gunung merah menuju Enarotali, kemudian menyerang Polsek dan Koramil dengan menggunakan batu dan panah. Anggota yang berada dikantor melakukan pembelaan dengan menembak ke arah atas. Pada saat bersamaan muncul pula tembakan dari anggota Brimob yang datang untuk memback up Polsek, tidak lama kemudian masyarakat datang membawa 3 jenasah yang diletakkan di depan lapangan Karel Gobay, kemudian disusul satu jenasah lagi dari rumah sakit. Masyarakat meminta pertanggung jawaban dari aparat keamanan yang telah membuang tembakan.

Dari peristiwa berdarah tersebut, Kabid Humas Polda Papua, Kombes Sulistyo Pudjo menghimbau kepada masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi atau diprovokasi oleh oknum atau sekelompok oknum yang menghendaki jatuh korban dari masyarakat atau TNI dan Polri, mengapa ada perkelahian, mengapa ada pembakaran, mengapa ada kode berondong dari atas gunung, hal itu perlu direnungkan oleh masyarakat agar tidak terprovokasi.

Pangdam Cendrawasih: Tindakan TNI Dipicu Anarkis Warga

Panglima Kodam XVII Cenderawasih Mayor Jenderal TNI Fransen G Siahaan mengakui tindakan sejumlah warga melakukan aksi anarkis membuat prajurit TNI yang bertugas di Koramil Paniai bertindak untuk penyelamatan diri menghindari penyerangan ratusan warga.
"Saat ini Kodam XVII tengah menyelidiki penyebab penyerangan Koramil hingga menyebabkan warga sipil meninggal empat orang dan tujuh masih mengalami perawatan," ungkap Pangdam seusai membuka posko latihan 1 di Mako Korem 173 PVB, di Biak, Papua, Selasa (9/12).
Pangdam Mayjen Fransen mengakui, berdasarkan informasi sementara yang diterimanya, kasus penembakan warga sipil tersebut juga melukai tiga prajurit TNI.
Kasus penembakan ini , menurut Pangdam, sangat merugikan masyarakat karena mengakibatkan terjadi tindakan anarkis terhadap aparat keamanaan dan markas kantor keamanan setempat.
Menyinggung situasi keamanan saat ini, menurut Pangdam Mayjen Fransen, berdasarkan laporan, kondisi keamanan sudah bisa dikendalikan aparat keamanan TNI/Polri sehingga kegiatan warga sudah kembali normal.
"Aparat TNI/Polri di wilayah Paniai sekitarnya tetap melaksanakan tugas rutin sebagai prajurit menjaga keamanan serta pengawal keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia," tegasnya.
Mayjen Fransen berjanji akan mengusut tuntas kasus penyerangan ini karena telah mengakibatkan kematian warga sipil serta melukai prajurit TNI ketika mengamankan situasi di tempat tugas.
Pangdam XVII Mayjen Fransen mengajak segenap elemen masyarakat di tanah Papua untuk membantu aparat keamanan TNI/Polri dalam menjaga kamtibmas suasana kedamaian di hari-hari penantian menjelang perayaan Natal 25 Desember 2014.
Penulis: /EPR
Sumber:Antara