Wednesday, October 08, 2014

Filep Karma Layak Dapat Nobel Perdamaian 2014

filep karma-nobel

Papua Satu. Dunia saat ini sedang menunggu pemenang Nobel. Lima anggota Komite Nobel telah mempelajari dengan seksama rekam jejak 237 calon peraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini. Nama pemenang akan diumumkan dini hari nanti (8/10/2014) waktu  Oslo, Norwegia.

Melihat keputusan panitia yang kadang mengejutkan membuat spekulasi pemenang tahun ini menjadi teka-teki menarik. Dari daftar calon yang ada, tidak ada nama-nama yang sangat menonjol. Jika ada yang disebut sebagai calon favorit, mungkin predikat ini layak disandang pembangkang dari Tiongkok yang dipenjara, Liu Xiaobo. Dalam sepuluh tahun terakhir ia menghabiskan banyak waktu untuk memprotes catatan hak asasi manusia di Cina. Saat ini Liu Xiaobo sedang menjalani masa tahanan 11 tahun atas tuduhan melakukan subversi.

Adakah calon dari Indonesia?

Dalam daftar 237 calon peraih Nobel Perdamaian itu mungkin saja ada kandidat dari Indonesia. Memang dalam sejarah Nobel Prize, tokoh dari Indonesia belum pernah ada yang terpilih. Selama ini peraih Nobel masih didominasi negara Amerika Serikat dengan 338 Nobel sejak zaman Theodore Roosevelt. Disusul Inggris Raya dan beberapa negara Eropa lainnya serta Amerika Latin. Kawasan Asia hanya Tiongkok dengan 9 penghargaan, disusul Myanmar (Birma) dan Vietnam masing-masing satu Nobel.

Nama Pramoedya Ananta Toer sejak tahun 1996 sudah masuk nominasi sebagai kandidat peraih Nobel Sastra. Itu berkat perannya dalam membangun cerita humanis lewat jalur sastra. Kisah pertentangannya dengan pemerintah, celetuk-celetuk satire-nya soal pembengkokan sejarah, hingga visinya membawa nama Indonesia ke kancah dunia membuat Pram dinilai pantas meraih Nobel. Namun ibarat hasil Pilkada, Nama Pram sejauh ini hanya bertengger di daftar ‘calon tetap’ atau ‘tetap calon’.

Kalau melihat spekulasi dunia saat ini yang menjagokan Liu Xiaobo, mestinya tokoh Indonesia yang memiliki kesamaan trend isu Xiaobo adalah Filep Karma. Riwayat kehidupan tokoh gerakan Papua Merdeka ini nyaris sama dan sebangun dengan pembangkang dari Tiongkok itu. Sama-sama masuk kriteria ‘pembangkang’ dan sedang menjalani masa hukuman di penjara selama belasan tahun. Kalau Xiaobo dihukum karena melakukan subversi, sementara ‘dosa’ Filep Karma beda tipis, yakni makar.
Gagal melakukan makar, Karma kini lebih sering menyuarakan masalah pelanggaran HAM di Papua, termasuk pelanggaran HAM yang dilakukan oleh kelompok sipil bersenjata . Bahkan ia adalah korban pelanggaran HAM itu sendiri. Berbeda dengan rekan sepergerakannya Benny Wenda yang baru bisa berceloteh setelah kabur dari penjara dan mendapat suaka politik dari Inggris, dan berpindah kewarga negaraan untuk dijadikan pengabdi kepentingan ekonomi Inggris. Karma dinilai lebih konsisten dalam perjuangan dalam perjuangan karena rela hidup sengsara dalam satu penjara dengan puluhan napi kasus makar lainnya. Bukan hidup di apartemen mewah di bilangan elit Oxford dengan uang hasil ‘jualan’ isu genosida di Papua. Atau menjadi bintang iklan produk minyak wangi ‘Lush’ yang mengkampanyekan ‘aroma kebebasan’.

Turut prihatin untuk bapak Filep Karma. Semoga Nobel Perdamaian tahun ini menjadi milik bapak, demi kedamaian papua [*]

"Gerry Setiawan"

0 comments:

Post a Comment