Monday, November 11, 2013

Demonstrasi bukan Demokrasi



Illustrasi Demo (foto: ardhimorsse.wordpress.com)
Demonstrasi adalah hal yang sudah sangat sering didengar dikalangan masyarakat Indonesia khususnya di Papua. Mulai dari masalah Seperatis, Penolakan PT Freeport Indonesia (PTFI) dan penolakan Otonomi Khusus (Otsus) Plus yang tak kunjung ada akhirnya.

Jika dilihat lebih dalam mereka selalu mengatas namakan demokrasi dibalik aksi mereka yang tak jarang juga akan berakhir dengan anarkis. Sehingga banyak sekali kerugian yang ditimbulkan oleh aksi mereka ini. Walau kadangkala terdapat pula pihak-pihak yang merasa senang.

Apa sebenrnya tujuan mereka datang di kampus? Mau belajar kah atau mau demo? Atau ada indikasi bahwa sebenarnya mereka telah disusupi oleh institusi lain atau perorangan yang mendanai semua kegiatan mereka untuk satu tujuan tertentu yang pastinya akan menguntungkan pihak yang berkepentingan tersebut.

Demokrasi penyampaian pendapat di Indonesia yang telah diatur oleh Undang-undang sering di politisir oleh orang-orang seperti ini. Padahal sudah jelas bahwa Demokrasi Pancasila yang kita gunakan di negara kita ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Kedaulatan ada di tangan rakyat.
  2. Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong.
  3. Cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.
  4. Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai oposisi.
  5. Diakui adanya keselarasan antara hak dan kewajiban.
  6. Menghargai hak asasi manusia.
  7. Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan dan disalurkan melalui wakil-wakil rakyat.
  8. Tidak menganut sistem monopartai.
  9. Pemilu dilaksanakan secara luber.
  10. Mengandung sistem mengambang.
  11. Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas.
  12. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum.

Jadi, apa yang sebenarnya paham demokasi yang digunakan oleh para pendemo belakangan ini. Jangan-jangan mereka lebih tertarik dengan Money Politik yang lencarkan oleh orang-orang yang memiliki kantong yang tebal di belakang sana.

Seharusnya jika mereka sadar apa yang mereka pelajari dan perjuangkan di tempat pendidikan tersebut adalah merupakan suatu bentuk perjuangan juga, namun berbeda caranya. Tak perlu lagi ada aksi yang malah merugiakan orang lain, tak perlu lagi ketakutan-ketakutan orang yang beraktifitas dekat dengan pendemo.

Kini saatnya Indonesia berubah lebih maju. Jangan tunjukkan kebodohanmu lagi dengan aksi aksi yang cenderung anarkis dan berakhir di terali besi. (PS)

0 comments:

Post a Comment