Wednesday, December 04, 2013

Masih Adakah Nasionalisme di Papua

Seorang Anak Papua Yang Membawa Bendera Merah Putih
Isu tentang kemerdekaan Papua yang santer akhir-akhir ini sering dimanfaatkan beberapa kelompok separatis untuk menunjukkan eksistensinya di tanah Papua. Hal tersebut juga tidak luput dari peranan negara asing yang diam-diam menelusup masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan terutama dalam bidang politik.


Siapa sebenarnya mereka yang menyatakan dirinya adalah pahlawan dari tanah Papua, yang berjuang untuk memperjuangkan keadilan di tanahnya. Theis H. Eluay, Benny Wenda, Timotius Murib, dan lain-lain.

Apa yang sebenarnya mereka perjuangkan? Benarkah di Papua itu ada penjajahan seperti penjajahan Belanda terhadap Indonesia? Jika memang demikian mengapa tidak nampak dalam keseharian masyarkat Papua yang normal-normal saja dan sama seperti di Sulawesi, Jawa serta daerah lain di Indonesia.

Papua merupakan wilayah Indonesia yang diserahkan Belanda secara resmi pada 1 Mei 1963 berdasarkan Resolusi No.2504 pada 19 November 1969 bahwa masyarakat Papua (sebelumnya bernama Irian Barat) memilih kembali ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena sebelumnya Belanda selalu mencari cara untuk tidak menyerahkan Papua ke Pemerintah Indonesia begitu saja sejak 1945.

Hal tersebut tidak lepas dari rasa Nasionalisme masyarakat asli Papua sendiri pada waktu itu, yang ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi politik daerah antara lain: Partai Indonesia Merdeka (PIM) di Biak dan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII) di Serui.

Namun rasa nasionalisme tersebut diracuni oleh Belanda dengan dekolonisasi terhadap Papua yang ditandai dengan dibentuknya Komite Nasional Papua pada Oktober 1961 dan Proklamasi Kemerdekaan Papua 1 Desember 1961. Dan hal tersebut justru diperingati oleh sekelompok kecil separatis di Papua, meski tidak ada satu negara pun di dunia yang mengakui proklamasi Papua itu.

Dampak yang dirasakan oleh Indonesia akibat dekolonisasi Belanda tersebut masih dirasakan Indonesia sampai saat ini dengan adanya seruan-seruan kemerdekaan yang ditanamkan Belanda saat menjajah Indonesia. Karena sampai saat ini juga masih ada upaya-upaya pemisahan Papua dari NKRI yang datang dari luar.

2 comments:

  1. Nasionaliesme di papua saat ini adalah nasionalisme penipuan dan pemerasan.. Banyak LSM dan Ormas tumbuh untuk sama-sama memeras Indonesia dan menipu dunia, dengan seolah-olah indonesia melakukan kekerasan dan penindasan di papua sehingga mereka berhak menyatakan keinginan untuk melepaskan wilayah papua dari indonesia.. LSM dan ormas di papua tidaklah terhubung satu dengan lainnya, mereka bekerja dan melakukan aksi masing-masing, tapi dengan tujuan yang sama, yaitu sama-sama melaksanakan aksi demonstrasi sesuai order dan pesanan pihak tertentu... para pemanfaat demonstran bisa saja KORUPTOR dana Otsus yang sedang akan di periksa kasusnya, bisa juga tokoh kriminal yang banyak uang dan bisa membeli masa sehingga kasusnya bisa dilupakan.. atau yang sering terjadi adalah demo atas kepentingan asing agar posisi tawar indonesia menjadi lemah seperti dalam kasus freeport.... kerusakan mental di kalangan anak muda papaua sudah begitu parah.. mereka memanfaatkan keadaan untuk mendapatkan uang dengan mudah tanpa perlu kerja keras... kasihan tanah papua, kasihan indonesia..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih kawan, sudah mau mengomentari tulisanku. Ternyata dugaanku benar bahwa terlalu banyak permainan pihak luar di Papua dengan kepentingannya masing masing

      Delete